tahun hijriyah jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awal. Masyarakat Muslim menyambut
maulid nabi dengan mengadakan perayaan-perayaan keagamaan seperti pembacaan
syair barjanzi dan pengajian.
Maulid telah diperingati sejak berabad-abad silam. Ahli sejarah abad ke-8,
Ibnu Battuta, menulis di dalam kitabnya, Rihla, bahwa setiap Jum'at selepas
shalat dan pada hari kelahiran Nabi, pintu ka;bah akan dibuka oleh ketua Banu
Shayba, pemegang kunci pintu Ka'bah. Pada hari Maulid Nabi SAW, kadi yang
bermazhab Syafii(ketua hakim Mekkah), Najmuddin Muhammad Ibnu Al Imam Muhyidin
Al-Tabari, membagi-bagikan makanan kepada shurafa(keturunan Nabi SAW dan kepada
semua penduduk Mekkah).
Sebagian Ulama mengangap perayaan Maulid Nabi merupakan sebuah bid'ah karena
kegiatan ini bukan merupakan ajaran Nabi Muhammad SAW. Namun sebagian lain
menganggap, merayakan Maulid nabi SAW sama seperti kita membesarkan islam karena
Rasulullah SAW merupakan simbol bagi agama Islam.
Imam Mutawalli Sha'rawi dalam kitab Ma'idat Al-Fikr al_islamiyya menulis,"jika
setiap kejadian yang tidak bernyawa sekalipun, bergembira dengan kelahiran
Baginda SAW dan semua tumbuh-tumbuhan pun bergembira, semua Malaikat pun
bergembira, dan semua jin Islam bergembira atas kelahiran Baginda SAW, kenapa
kamu menghalang kami daripada bergembira dengan kelahiran Baginda SAW?"
Kewajiban untuk menghormati Rasulullah juga difirmankan oleh ALLAH dalam (QS
Ali Imran {3:31}) ,
Rasulullah dalam sebuah Hadis menyebut dirinya lahir pada hari Senin. Abu
Qatada al_Ansari meriwayatkan di dalam Sahih Muslim, kitab As-Siyam(puasa),
bahwa Rasulullah SAW selalu berpuasa di hari itu. Rasulullah bersabda soal ini,
"Itulah hari aku dilahirkan dan itulah juga hari aku diangkat menjadi Rasul."
Menurut Mutawalli Sha'rawi, banyak peristiwa yang ajaib telah berlaku pada
hari Rasulullah SAW dilahirkan. Peristiwa yang termaktub di dalam Hadis termasuk
gegaran yang di istana Chosroes dan padamnya api yang telah menyala 1.000 tahun
di parsi.
Bagaimana pendapat golongan yang tidak sepaham jikan maulid dirayakan secara
besar-besaran? Jalaludin al-Suyuti dalam kitab Hawi li al-Fatawa menyebut,
Syekhul Islam dan Imam Hadis pada zamannya, Ahmad ibn Hajar('Asqalani) telah
ditanya mengenai perbuatan menyambut Maulidurrasul SAW. Dia memberi jawaban
secara tertulis begini: adapun perbuatan menyambut Maulidurrasul SAW merupakan
bida'ah yang tidak pernah diriwayatkan oleh para Salafushshaleh pada 300 tahun
pertama selepas HIjrah. Walau bagaimana peringatan itu penuh dengan kebaikan dan
perkara2 yang terpuji.
Kelompok ini menyerukan, mencintai Nabi tidak harus dengan perayaan yang
berbau Bid'ah. Momem Maulid Nabi diingat dengan jalan mencintai dan ittiba
(mengikuti) syariatnya dan mengagungkannya. Selain itu berdakwah serta memerangi
setiap penyimpangan.
0 komentar:
Posting Komentar